AD (728x60)

Rabu, 30 Desember 2015

MUMTAZ Bag1

Share & Comment


"لحوز الإمتياز والنجاح" Jargon yang jadi identitas sebuah marhalah (semester) Program Pendidikan Bahasa Arab, yang penuh ma'na filosofis dari sang pencetusnya, yaa seperti itulah mungkin, tapi kami juga gak tau sepenuhnya apa isi dari jargon tersebut, mungkin nanti di postingan selanjutnya kami jelasin deh...

Oke, ada jargon, juga ada nama dan yang pasti gak kelewat dong, logo atau sebuah simbol yang mencakup semua harapan atau visi juga misi.

Namanya ممتاز ini juga sih singkatan sebenernya, yaitu :
"محب المعلومات تلو الزمان" kalo artinya sih katanya "Pecinta Ilmu Pengetahuan Sepanjang Masa" ya kurang lebihnya kayak gitu dech. Apa sih itu maksudnya?? ya, itu doa dengan jawaban pastinya amiin.

Jargon, wissh... Name juga udah, sekarang kita masuk pada sesi logo, soalnya banyak yang nanya, apa sih ma'na filosofisnya,??

Yaa setelah kita pikir-pikir kalo disebut makna filosofis itu terlalu jauh kayaknye, kan berfilosofis artinya juga berfilsafat, dalam artian berarti berfikir secara mendasar dan juga dalam mendefinisikannya itu harus sesuai dengan kaidahnya kan.?? Terus, definisi yang benar itu kan harus Jaami'un (mencakup), Maani'un (pengecualian), Mun'akisun (bisa dibalikan), dan Muthoridun (ngaguluyur cek urang sunda mah atau baku). Kuranglebihnya kayak gitu.

Teyus apa atuh artinya..?
Ya, lebih cocoknye mungkin apa ma'na isyaroh [معنى إشارة] lah yah kita nyebutnya..
Yooh, saatnyaa caangehgar....haha dari Telkomsel

Yah saatnya kita memasuki pembahasan, dari bentuk kita lihat itu berbentuk octagram atau sering kita sebut dengan segi delapan.  Bentuknya sendiri itu terinspirasi dari logo UIN SGD sendiri.

Terus hubungannya apa segi delapan ama mumtaz. Simple-simple aja sih alesannya, karna Mumtaz itu angkatan ke-8, jadi deh segi delapan.

Untuk titiknya, maksudnya yang bulat yang empat itu kami ambil dari salah satu karya Sunan Gunung Djati, yang suka dipakai di --Kecap Pamungkas-- dalam pewayangan, khususnya wayang golek dengan kalimat "Kembang Pinetik Sedeng Anyar Sinebaran Sari Tutup Lawang SI GO TA KA." Kurang lebih kayak gitu mungkin.

Nah jadi titik yang empat itu, bulat pertama SI artinya 4, bulat ke-2 GO artinya 5, bulat ke-3 TA artinya 7, dan bulat terakhir KA artinya 1.

yah kita masuk dalam pembahasan. Ini diambil dari percakapan Sunan Gunung Dajti dengan  istrinya atau istilah sunda itu Garwa yang bernama Ang Tien, pada saat Sunan Gunung Djati membuat Gugunungan (red. Kayon) dan biasanya selalu ditancapkan dalam Bubuka acara Panayagan dan Pungkasi-nya sebagai Gapura (diambil dari kata Ghofur dalam bahasa Arab).

Pertama
SI artinya empat dalam bahasa Cina, dimana empat itu berarti empat anasir, yaitu unsur kehidupan manusia yang dalam istilah pewayangan itu 1. Agni (Api), 2. Pawana (Udara), 3. Waruna (Air), dan 4. Siti (Tanah), atau dalam istilah Ilmu Tasawwuf Islam lebih dikenal dengan Narun (Merah), Hawaun (Kuning), Maun (Putih), dan Tarobun (Hitam).

Sebagaimana Firman Allah swt.
"Dan Allah (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Allah jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharoh dan adalah Tuhanmu Maha Kuasa. (QS, 25:54). Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (QS, 23:12). Yang membuat segala sesuatu yang Allah ciptakan sebaik-baiknya dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah. (as-Sajdah : 7)

Kedua
GO masih dari bahasa cina artinya lima, sebagaimana telah kita ketahui bahwa Gope itu kan satuan uang dengan nominal lima ratus, maka ada SI ada juga GO. GO itu ialah ke-5 pancaindra, atau pancaindra yang harus dimiliki manusia agara disebut sebagai manusia sempurna (red. Insan Kamil). Maka maksudnya manusia yang terdiri dari 4 anasir tadi baru bisa disebut manusia sempurna bila memiliki pancaindra yang lima yaitu, sempurna Penglihatan (red. 'ain al-bashirah), Pendengaran, Penciuman, Pengucap dan Perasa (red. Dzauq).

Ketiga
TA, Sunan Gunung Djati mengambilnya dari bahasa Jawa, singkatan dari bilangan ke-7 yaitu SAPTA. Artinya bila manusia terdiri dari 4 anasir dan lima indra maka ia memunyai tugas untuk hidup di dunia selama 7 hari. Karena jumlah hari pada dasarnya itu hanya tujuh hari, dari Ahad sampai Sabtu.

Keempat
KA, atau kata aslinya EKA bisa dilihat dalam lambang garuda pancasila, BHINEKA TUNGGAL IKA (EKA) artinya berbeda tapi tetap satu tujuan, berarti EKA itu diambil dari bahasa jawa, artinya Satu. Itu ma'na dari Keesaan Sang Pencipta, atau Allah swt. Maka ma'na dari pada nama itu, yaitu manusia lahir ke dunia dengan 4 anasir, 1. Agni (Api), 2. Pawana (Udara), 3. Waruna (Air), dan 4. Siti (Tanah), atau Narun (Merah), Hawaun (Kuning), Maun (Putih), dan Tarobun (Hitam), yaitu sifat nur Muhammad, kalo dalam Barzanji yang sering kita baca dalam do'anya Syeikh al-Barzanji menyebutnya dengan -- أول قابل للتجلي من الحقيقة الكلية --

Yang tiada lain harus sesuai dengan surat adz-Dzariyat : 56 :
وما خلقت الجن والإنسان إلا ليعبدون
"Dan Aku tidak menciptakan Jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."

Yaitu dalam rangka perjalanan menuju Yang Satu (EKA) memenuhi konsep Inna Lillahi wa Inna Ilaihi Rooji'un sebagaimana pernah dijelaskan oleh Syeikh kita Ahmad Zaini Dahlan, bahwa pada dasarnya kita itu merindukan tempat kepulangan kita, yaitu negeri asal kita alam Lahut, yang dalam artian kita harus melewati 1. Alam Konkrit yaitu Mulki (Marcapada), 2. Alam Abstrak yaitu Malakut dan Jabarut (Madyapada), dan 3. Alam terahir  yaitu Lahut (Swarga Maniloka) tempat manusia ber-Musyahadah langsung dengan Sang Penciptanya Allah swt. (Qs. al-Qiyamah : 22-23) 
وجوه يومئذ ناظرة, إلى ربها ناظرة
"Wajah-wajah orang mukmin pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhanlah mereka melihat."

Jadi ma'na EKA itu pada dasarnya kita hidup memiki satu tujuan untuk kembali menuju Kepada-Nya. Sebagaimana Firman Allah swt : "Katakan-lah -- Allah-lah, Yang Maha Esa,"

Lahh.. berarti intinya ma'na dari logo mumtaz itu sendiri sama dong denngan BHINEKA TUNGGAL IKA-nya Garuda Pancasial..? 
Mmmm...mungkin bisa disebut demikian lah ya...

lanjutan kita lihat di Bag2.
Tunggu postingan selanjutnya...!!!

sumber :
- Pemabahasan Tuntas Perihal Khilafiah, H.M.H. al-Hamid Husaini, Pustaka Hidayah, 1996
- ILMU KALAM Klasik dan Kontemporer, Dr. M. Karman, M.Ag., Hilliana Press, 2005

posted : Ge
Tags:

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Popular Content

Recent Posts

Why to Choose RedHood?

Copyright © ASHABUL WARO | Designed by Templateism.com